Salaam Emakpreneur…!
Wah, senang sekali bisa nampang di blog sekeren ini, berasa masuk rumah mewah namun sederhana dan elegan. Coba bandingkan dengan rumah saya yang (kelihatan banget) jarang dikunjungi karena hobinya berkelana baik di dunia maya ataupun nyata.
Hmm… janji deh (untuk kesekian kali) habis ini belajar ngeblog lebih baik lagi biar bisa sekece blog ini. Apalagi semua pelajaran dan atau pengalaman terkait blog-ngeblog, taiye (baca dengan aksen Madura, yaa) terbahas dengan detail dari A sampai Z di blog ini, coba deh kepo-kepoin. Hihi…
Sebagai pengisi guest post, saya sebenarnya kikuk mau nulis apa soalnya kalah pamor sama empunya rumah. Wkwkwk… but the show must go on, right? Karena sudah dipersilakan masuk, maka let me take the chance.
Ehm, eniwei, dalam kesempatan berbahagia ini saya akan mengulas sedikit tentang buku yang baru mau akan terbit. Nah loh, kok bisa? Ya bisa dooong kan saya project arranger, salah satu penulis sekaligus editor buku itu (eaeaeaa nggayaaa bin jemawa, hehe…).
Sampul Girly Buku Emakpreneur, Udah Punya ?
Apa Sih Emakpreneur ?
Buku Emakpreneur Emak Harus Pinter
Gaes, apa yang terlintas ketika membaca judul “Emakpreneur”? Tak sedikit buku bahkan pelatihan yang mengupas tentang cara jitu untuk bisa menjadi entrepreneur wanita yang sukses, sebut saja mompreneur, dari berbagai macam sisi.
Dalam pengertian yang praktis, mompreneur ini artinya adalah seorang ibu yang menjalankan bisnis. Ya, bukankah seorang wanita apalagi ibu terkenal sebagai makhluk yang multitasking? Nah, kemampuan itulah yang bisa mendatangkan keuntungan, terutama dalam hal finansial. Dan kisah-kisah nyata tentang perjuangan tersebut yang diangkat dalam buku ini.
Meskipun sebenarnya di luar sana yang sangat kasat mata pun bisa kita lihat kiprah para pegiat wanita yang membuat gebrakan atau rintisan usaha mulai dari nol (istilah kerennya, babat alas).
Hal tersebut menyiratkan bahwa wanita sukses bukan selalu bergaya serupa sosialita manjalita. Bahwa kegiatan wanita selain urusan domestik di rumah bukan melulu arisan, belanja, dan nggosip belaka.
Wirausaha wanita tersebut menunjukkan geliatnya dalam pembangunan ekonomi Indonesia dengan ikut proaktif dan berani mengambil inisiatif dalam pengembangan mikroekonomi untuk peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat.
But “mom” is too mainstream, right? Jadi, buku ini mengganti sebutan mom dalam mompreneur untuk pegiat atau wirausaha wanita menjadi “emak” seperti pada film tentang keluarga yang sedang “in” belakangan ini.
Kenapa Buku Emakpreneur Dibuat ?
Buku Emakpreneur Ayu Seite
Latar belakang penulisan buku ini adalah bahwa kita mungkin pernah dan sering mendengar bahwa peradaban sejatinya dimulai dari rumah. Peradaban berasal dari kata “adab” yang artinya adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan oleh aturan agama, kehalusan, dan kebaikan budi pekerti.
Lebih mudahnya, dalam agama Islam adab disebut dengan akhlakul karimah. Adab itu dididik dan dibentuk dari rumah sehingga bisa menciptakan sebuah era baru peradaban. Sehingga tak salah apabila Islam meninggikan derajat wanita dengan memprioritaskan kegiatannya di rumah.
Mau bekerja di ranah publik pun domestik, setiap ibu adalah arsitek peradaban masing-masing yang mulia. Namun terkadang (dan seringkali) kebosanan melanda dalam sebuah titik jenuh yang butuh dilampiaskan segera.
Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja sebab dapat merusak kewarasan para emak untuk menjalani pengasuhan di rumah.
Dengan demikian, buku ini disusun dalam rangka memberikan ide atau inspirasi para emak agar tidak hanya berdiam saja di dalam rumah dan hanya asik marah ataupun gelisah.
Para penulis dalam buku ini berusaha meyakinkan pembaca bahwa bila kita menemukan passion atau hobi kita, maka semua jenuh dan derivatnya akan menjadi tantangan yang terpampang nyata.
Atas nama tantangan, maka dengan penuh semangat seseorang akan melaluinya. Berbeda dengan masalah yang dianggap sebagai hambatan.
Selain itu, kita pun kerapkali mendengar isu tentang pemberdayaan wanita (termasuk di dalamnya para emak yang sedang membaca) tak lepas dari keinginan untuk berkarya meski hanya dari rumah sekalipun.
Wanita, sama halnya dengan pria, juga butuh eksistensi. Wanita butuh berkarya untuk diakui keberadaannya.
Bukan semata untuk mencari uang (meskipun itu efek samping yang diidam-idamkan sebab kita tahu biaya zaman sekarang tidak ada yang murah apalagi pendidikan anak, kan?), tapi lebih tepatnya mencari kesibukan agar kata bosan bin jenuh jauh dari angan.
Sebut saja agar diri lebih produktif dan berdaya guna serta bisa memberi teladan bagi anak dengan paripurna sesuai hobi atau passion yang ada.
Kisah-kisah dalam Buku Emakpreneur
Buku ini berkisah tentang perjuangan emak-emak untuk tetap menginspirasi meskipun para penulis bukanlah barisan emak-emak sukses dan inspiratif bertaraf nasional seperti Ibu Septi Peni Wulandani bersama suami dengan Ibu Profesional-nya, Mira Julia bersama suami dengan Rumah Inspirasi-nya, DK Wardhani dengan gerakan #belajarzerowaste – nya, atau komunitas @idmompreneur tempat para mompreneur bersinergi dan masih banyak contoh sukses lain.
Namun terlihat bahwa para penulis terus mencoba untuk berdaya guna meski belum atau tidak meniti karier yang gilang-gemilang seperti anggapan orang kebanyakan.
Para penulis berusaha mencipta lapangan kerja atau setidaknya tetap bisa meluapkan ide dan passion yang dipunyai meskipun dari rumah saja.
Ada beberapa penulis yang juga bekerja di ranah publik non Aparatur Sipil Negara (ASN), tetapi tetap saja bergerilya untuk membuka sebuah usaha sebagai esensi dari jiwa “preneur”-nya.
Ternyata, kita memang bisa menciptakan peluang bisnis asal kita mau berusaha. Misalnya, yang memiliki kelihaian merangkai kata bisa menulis baik blog (seperti blog ini), artikel berbayar, hingga buku.
Yang memiliki minat dan bakat berjualan, bisa dilakukan secara online sebagai marketer maupun reseller apa saja di sela kesibukan domestik yang berisik.
Apalagi di zaman sekarang dipermudah dengan media sosial dan portal penjualan gratis untuk dapat berpromosi gratis.
Nah, di sini tentunya diperlukan kelihaian dalam menampilkan visualisasi dan “kepsyenisasi” (baca: copy writing) yang bisa menggugah hati calon pembeli.
Bisa juga membuka kios atau outlet apapun jua, mulai dari makanan hingga peralatan pertukangan. Menjahit, menjadi crafter, melukis, ilustrator, web designer, adalah contoh-contoh usaha sektor jas yang bisa dilakukan murni di rumah saja.
Tanpa kita sadari, era globalisasi sedikit banyak membuka peluang kerja yang tak diduga. Bahkan kita pun bisa membukanya sendiri, termasuk jasa atau produk yang belum pernah ada di era sebelumnya.
Ketrampilan lain seperti MC (Master of Ceremony; pranatacara), voice over, penyiar, pemusik, MUA (make up artist; perias), guru les privat, terapis, event organizer, membutuhkan kelincahan kita untuk bergerak dan melakukan humas tak hanya di rumah saja.
Nah, tinggal bagaimana kita membawa diri menemukan passion yang pas untuk dilakoni tanpa abai pada fitrah diri sebagai wanita sekaligus ibu dan istri sejati.
Kontributor Buku Emakpreneur
Jee Luvina, Ary Mytha, dan saya sendiri Ayu Seite, adalah contoh kontributor yang berprofesi sebagai penulis.
Kami memulai usaha dari rumah saja sembari mengasuh anak. Bahkan kelas-kelas menulis sudah dibuat untuk bisa membantu para peminat dunia kepenulisan.
Blogger seperti Helenamantra, influencer seperti Thya Said, illustrator seperti @anakkutu, crafter seperti pemilik Dewe Gallery pun turut serta menulis dalam buku ini dengan harapan kisahnya dapat diamati, ditiru, dan dimodifikasi oleh emak-emak agar mampu mencipta lapangan kerja atau setidaknya bisa menginspirasi sesuai hobi atau mungkin passion yang dimiliki.
Dari dua puluh enam kisah inspiratif dari emak-emak (menuju) sukses dalam buku ini, selalu ada pelajaran tersendiri yang bisa kita petik sebagai inspirasi, bukan?
Dari hobi menulis, ngomong, menggambar, main bareng anak, masak, bebikinan, dan jualan bisa banget untuk mengais rezeki.
Terkadang, bukan materi yang semata kita (sebagai seorang emak) kejar, namun sekali lagi sebuah eksistensi agar diri bisa terus berkiprah menelurkan manfaat dan menguarkan inspirasi meski hanya dari bilik rumah demi suami dan sang buah hati.
Apa Uniknya Buku Emakpreneur ?
Keunikan buku ini selain karena isinya yang inspiratif juga karena disisipi kalimat motivasi, tips, dan ilustrasi hasil karya kontributor sendiri.
Bahkan, desain cover juga dikerjakan oleh Syafa, salah seorang kontributor pula.
Kekurangannya, saya akui adalah ragam bisnis yang terjaring masih minimal. Sebab, rupanya tidak semua tokoh inspiratif itu mau serta mampu menulis dan tidak semua tokoh berkenan kisahnya ditulis untuk dibagi.
Namun demikian, esensi pokok dari memulai bisnis di semua lini adalah keinginan kuat, naluri, dan keberanian.
Apabila dipetakan, maka hal-hal yang harus dilakukan dalam memulai bisnis antara lain adalah memilih bisnis sesuai passion, menetapkan niat yang kuat, senantiasa menegakkan kejujuran dan kepercayaan baik bagi diri sendiri maupun target sasaran bisnis, tidak pernah malas untuk melakukan promosi, tidak pernah malas untuk melakukan inovasi, dapat mengatur waktu sebaik mungkin, memiliki dan terus menempa mental agar selalu tangguh dalam menghadapi tantangan bisnis yang menghadang, serta banyak berdoa dan tak melupakan sedekah.
Ide bisnis tanpa modal yang bisa disimpulkan dari buku ini antara lain adalah menjadi reseller/dropshipper, penulis, jasa desain grafis, ilustrasi atau website online, admin media sosial, vlogger/youtuber, selebgram, blogger, agen properti, dan fotografer.
Sedangkan ide bisnis dengan modal tentu lebih banyak lagi seperti penjual dengan stok, membuka usaha rumahan, dan masih banyak lagi tentunya. Tinggal bagaimana passion dan kondisi permodalan kita.
Dengan demikian, dalam buku ini terangkum beberapa kisah yang cukup mewakili (meski belum maksimal) geliat emak-emak melalui sebuah event pencarian naskah yang dihelat dari bulan Januari-Februari 2019 lalu dan bisa dibagi dalam untaian kata indah penyejuk hati dengan harapan bisa menjadi inspirasi emak-emak lain yang berlapang hati membuka diri.
Semoga kelak lebih banyak emak inspiratif yang berkenan menulis dan menularkan kisah suksesnya kepada emak-emak lain di dunia. Salam sukses, salam emakpreneur!
“Tidak ada kata tidak mampu,
yang ada hanya tidak mau”
Kontributor:
- Ayuseite,
- Adita Febriyanti,
- Jee Luvina,
- Ary Mita,
- Helenamantra,
- Dian Mariesta,
- Fiftarina Puspitasari,
- Tia Puspita Gestiana,
- Thya Said,
- Berlin Fridiary,
- Karyati Niken,
- Anita Puspitasari,
- Derila Rosa,
- dr. Q,
- Hellen Sanjaya,
- Meytha Sari,
- Zahrotul Alimah,
- Cindy Sibarani,
- Endang Widoretno,
- Lisa Nisfi Afifah,
- Syafa’atul Maulida,
- Nike Oktavia,
- Novalia AR,
- Tika Zacky,
- Gesa Kharisma, dan
- Dini Rahmawati.
Leave a Reply